Flash back sejenak ke masa beberapa bulan yg lalu. Waktu itu aku pulang kantor sehabis lembur. Dengan percaya diri kupacu sepeda motorku menanjak di perbukitan dekat kantor. Baru beberapa menit berjalan tiba-tiba ban motorku slip. Aku hampir saja terjatuh. Setelah kuperiksa ternyata rantainya putus. Dengan berbekal pengetahun yg sangat minim tentang sepeda motor aku coba mengutak-atik menggunakan peralatan seadanya. Peluh mulai bercucuran. Tangan mulai kotor belepotan bekas pelumas rantai. Kulit pun mulai bentol digigit nyamuk yg bermunculan dari rimbunnya pepohonan di kiri-kanan jalan. Tapi hasilnya nihil. Bukannya bagus, kerusakannya malah bertambah parah, rem jadi ikut rusak karena kesalahan pemasangan. Setelah hampir satu jam mengutak-atik tanpa hasil dan waktu yg semakin mendekati maghrib, akhirnya kutelfon salah seorang teman yg mau berbaik hati memberiku tumpangan pulang. Ah, ternyata hidup ini memang tidak bisa sendirian. Sebesar apa pun usaha kita untuk mengerjakan semuanya sendiri tetap saja kita membutuhkan keberadaan orang lain.
Keesokan harinya dengan diantar oleh teman yg baik hati itu akhirnya motorku ditarik ke bengkel. Butuh waktu sekitar satu jam untuk mengutak-atik motor itu hingga bisa digunakan kembali. Kalau sebelumnya aku selalu ‘mengeluh’ dengan biaya bengkel yg menurutku mahal, mulai saat itu aku berusaha untuk menghilangkan pikiran itu. Rasanya mereka memang wajar meminta bayaran yg sedikit lebih mahal karena aku sudah pernah merasakan betapa beratnya memperbaiki sendiri sepeda motorku. Ah, ternyata hidup ini memang tidak bisa sendirian. Sebesar apa pun usaha kita menyelesaikan semuanya sendiri, tetap saja kita adalah makhluk lemah yg memiliki keterbatasan yg membutuhkan keberadaan orang lain.
Benarlah kiranya ketika ada yg menyebutkan bahwa manusia itu selain sebagai individu juga adalah makhluk sosial, makhluk yg tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan keberadaan orang lain. Sejak kita lahir kita butuh orang-orang di lingkungan terdekat kita (baca : keluarga) untuk membantu mengajarkan berbagai macam keterampilan. Kemudian seiring pertambahan usia, kita pun beranjak ke lingkungan yg lebih luas dan mulai membutuhkan keberadaan teman, sahabat, dan manusia lain untuk berinteraksi.
Sebanyak apa pun harta yg kita miliki kita akan tetap butuh orang lain. Paling tidak kita butuh tukang cukur ketika rambut kita sudah terasa mengganggu penampilan, karena sangat sulit membayangkan harus memotong rambut sendiri. Membayangkannya saja sudah sulit apalagi melakukannya. Paling tidak kita butuh tukang tambal ban ketika ban mobil mewah kita tertusuk paku di jalan. Paling tidak kita butuh tukang jahit untuk menyiapkan baju-baju bagus yg akan kita kenakan. Paling tidak kita butuh petani untuk menyediakan bahan pangan yg akan kita konsumsi. Paling tidak kita butuh ini, butuh itu, ah banyak sekali yg kita butuhkan. Bayangkan kalau semuanya harus kita lakoni sendiri. Dan, yg harus diingat adalah status KAYA itu ada karena adanya orang MISKIN.
Setinggi apa pun jabatan yg kita duduki kita akan tetap butuh orang lain. Paling tidak kita butuh cleaning service untuk membersihkan meja, mengepel lantai, dan menyiapkan konsumsi kita. Paling tidak kita membutuhkan staf untuk membantu membuat konsep surat-menyurat, foto copy ini, foto copy itu, dan seabrek pekerjaan lainnya. Bayangkan kalau semua itu harus kita lakoni sendiri. Dan, yg perlu diingat adalah status ATASAN itu ada karena adanya BAWAHAN.
Karena itu alangkah keterlaluannya kalau ada orang yg merasa superior dan tidak membutuhkan keberadaan orang lain. Padahal, tanpa orang lain kita ini bukan lah siapa-siapa.
ps. bahkan cicak ini pun butuh cicak lain. ups, jangan dianggap pornografi ya!! :)
terusin baca yuk!